PhotobucketSelamat Datang ^_^Photobucket

Saturday, December 29, 2012

Persahabatan Uang Logam 500 Rupiah

DSC_1729 Namaku Muhamad iskandar Mahasiswa perantau Disalah satu  Perguruan Tinggi Negeri Indonesia, Genap sudah dua tahun berada di daerah yang akrab disapa dengan daerah istimewanya indonesia. JOGJA inilah daerah pertama yang ak kunjungi setelah puluhan tahun terdiam didaerah kelahiranku, Keluarga Mendaftarkanku disebuah program kuliah kesalah satu perguruan tinggi yang berada di daerah Yogyakarta dan Alhamdulillah bisa masuk dengan jurusan yang belum pernah aku kenal sebelumnya, Mekatronika itulah nama dari jurusanku. LOMBOK ya itulah nama mungil daerahku, terasa amat berat meninggalkan tanah kelahiran akan tetapi apa mau dikata orang tua mengharapkan keturunannya akan lebih baik darinya sehingga kelak tua bisa membanggakan dan memberikan penghidupan yang layak seperti penghidupan yang sudah ia berikan kepadaku selama kecil dulu, cita-cita mulia orang tuaku ini menjadi semangat perjalananku menuju jogja, satu daerah yang mempunyai banyak cerita legenda dan tempat bersejarah salah satu yang ada dipikiranku sebelum berangkat adalah candi-candi yang pernah aku pelajari dan hanya menempel dibuku paket selama masih menduduki bangku Sekolah Dasar dulu sebentar lagi akan aku lihat secara langsung, bimbang hati sebelum berangkat karena disatu sisi aku sebentar lagi akan berpisah dengan orang tua tercinta dan disisi lain aku senang bisa ketempat bersejarah untuk menuntut ilmu dan diberikan kepercayaan oleh orang tua untuk bisa melihat sebagian kecil dari isi pulau indonesia.
Malam terakhir dilombokpun tiba, banyak diantara keluarga yang berdatangan menghampiri rumah tuaku diantara mereka terdengar satu persatu memberikan nasehat untuk menjaga kepercayaan yang sudah keluarga berikan kepadaku untuk pergi menuntut ikmu kesebrang pulau sana (jogja), selain itu juga beberapa sahabat terdekatku datang menghampiriku, sama seperti keluargaku sahabat-sahabatku juga banyak memberikan nasehat untuk bisa menjaga amanah orang tua. Dipertengahan malam aku teringat dengan sahabatku Ari teman seSMPku dulu, entah bisikan dari mana sehingga aku bisa mengingatnya lagi, Ari adalah teman dekatku semasa SMP dulu seperti kata orang kami bagaikan uang logam 500 rupiah yang mempunyai dua sisi yang berbeda satu sisi adalah aku dan sisi lainnya adalah Ari, dimanapun aku temui uang logam 500 rupiah pasti ada kalian berdua. Maksud dari perkataan itu adalah dimanapun saya berada pasti disitu ada seorang ari yang selalu menemani. Ooops tapi jangan berpikir kami Pacaran ! Mungkin salah kalau aku menyebut namanya terlebih dulu tanpa memperkenalkan biodata lengkap dari ari. Berikut biodata ari : Nama : Arianto Mahsun, Jenis Kelamin : Laki-Laki Tulen, Tertarik Pada : Perempuan Tulen, Hobi : Memasak, dan terakhir yang akan aku perkenalkan Cita-Cita : ????????
DSC_1947 Ari adalah seseorang yang tidak mempunyai Cita-cita dalam hidupnya, Disaat orang lain sekolah untuk mengejar cita-cita Ari sendiri sekolah tanpa tujuan, ari bisa diibaratkan sebuah pesawat tanpa pilot, akan terbang bebas tanpa arah akan tetapi akan terjatuh ketika amunisinya habis, suatu hari ari bercerita kepadaku saat itu baru usai pelajaran Sejarah BAB IV Dengan Judul Peninggalan Masa Sejarah, sahabatku ari entah kenapa usai mata pelajaran ini berubah total, dari tingkah laku sampai dengan tutur katanya, aku teringat dengan cerita dari pelajaran yang diajarkan oleh guru sejarah tadi tokoh-tokoh pada zaman dahulu mempunyai kesaktian yang tiada tara bisa membangun tempat bersejarah yang sekokoh dan kuat sampai dengan detik ini, guru mata pelajaran ini memberikan cerita yang sedikit membuat siswanya ingin mengikuti jejak jejak para tokoh-tokoh yang kuat dan tidak seperti remaja-remaja pada umumnya pada saat sekarang. Tersadar dengan omongan guruku tadi ternyata temanku Ari ingin mengikuti seorang tokoh yang kuat dan takterkalahkan yaitu Gadjah Mada, dan kebetulan pada hari itu tepatnya hari sabtu pelajaran terakhir yaitu Minat dan Bakat, pelajaran muatan lokal yang diberikan oleh guru yang sangat lucu, setiap kali pertemuan guru ini selalu menanyakan tentang cita-cita dari anak siswanya dan alangkah terkejutnya aku ketika mendengar sahabatku ari ketika ditanya mengenai cita-citanya tidak seperti biasanya, dia pernah bercerita kalau untuk mengelabui guru jika ditanya cita-cita dia akan menjawab seperti yang pernah dijawab oleh orang yang sebelumnya ditanya. Berbeda dengan hari itu posisi absen ari dikelas berada diposisi dua sesudah ahmad, ketika ditanya oleh guru mengenai cita-citanya dengan lantang ia berkata “ saya ingin seperti Gadjah Mada yang tangguh, kokoh, kuat yang tidak pernah surut sebelum apa yang diinginkannya tercapai sehingga bisa membuat Lombok nanti tertempel dibuku sejarah menjadi pulau tempat kelahiranku karna bisa melahirkan orang kuat sepertiku ”
Tersadar dari ingatanku mengenai cita-cita sahabatku ari, aku membulatkan tekad menjadi orang kuat dan tangguh tidak pernah surut sebelum cita-citaku tercapai. Malam itu ibu menghampiriku dan berkata “ Nak..Bersyukurlah karna tidak semua orang bisa sepertimu bisa melanjutkan sekolah, bersyukurlah nak jadikan ini sebagai batu loncatan untuk bisa mengangkat derajat keluarga kita jangan pernah menyerah terus kejar cita-citamu nak (menangis) ”. Dari perkataan ibu aku tadi aku berjanji didalam hati bahwa aku tidak akan pernah menyia-nyiakan amanah dan kesempatan yang sudah diberikan dengan hati yang tegar aku menyampaikan kepada ibu. “ Bu...Terimakasih karna doa dan usahamu aku bisa menjadi seperti ini. Ijinkan anakmu pergi tuntunlah aku dengan doamu bu, insyaAllah ketika aku berangkat besok pagi aku akan pulang kelak dengan membawa kebanggan kepadamu dan semua keluarga kita (Peluk ibu sambil menangis)”. Begitulah kira-kira kisah dimana sebelum keberangkatanku ke jogja.
Dua hari telah berlalu setelah keberangkatanku dari Lombok, dan tiba waktunya aku diospek hari pertama dan diwajibkan untuk calon mahasiswa baru untuk datang, disana aku menemui orang-orang banyak yang tidak pernah aku lihat sebelumnya. Saat itu instruktur ospek memberikan aba-aba untuk berkumpul sesuai dengan jurusan masing-masing dan disana terlihat banyak orang dengan bahasa yang belum pernah aku dengar sebelumnya, seketika itu seorang instruktur ospek mendatangi kami dan menyuruh duduk untuk mendata siapa saja peserta ospek dari jurusan kami dan setelah itu menyebutnya lagi satu persatu sambil menanyakan asal daerah masing-masing. Bebrapa orang disebut sebelum namaku aku berharap ada salah satu teman dari yang disebut berasal dari daerah yang sama sepertiku, instruktur dengan lancar mengabsen dan memberikan pertanyaan yang sama, dengan suara lantang instruktur ospek menyebut nama yang sudah tidak asing ditelingaku Arianto Mahsun, dengan muka terkejut dan penasaran aku langsung berdiri dan melihat orang dari nama tersebut, terlihat seorang anak memakai kaca mata dengan potongan rambut dan postur tubuh yang tidak asing seketika itu instruktur langsung memberikan pertanyaan “ Instruktur : kamu dari mana ? -> Arianto Mahsun: saya Dari Lombok mbak ! ” seketika itu aku langsung berjalan kedekatnya dan duduk dibelakangnya. Instruktur lanjut absen dan menyebut namaku “ Instruktur: dan yang terakhir Muhamad Iskandar -> aku: ea saya mbak “ seketika itu ak melihat respon yang sama dari Arianto Mahsun tadi dia seakan mencari-cari dari mana jawaban dari pertanyaan instruktur tadi, dengan pertanyaan yang sama dari instruktur “ kamu asalnya dari mana iskandar-> aku: dari lombok sama seperti Ari “ seketika itu ari melihatku dengan muka penasaran dan instruktur berkata kepada ku “ instruktur: iskandar apakah kamu kenal ari” dan pertanyaan yang sama juga diberikan kepada Ari, Dengan Suara lantang aku dan Ari menjawab dengan waktu yang sama “Ea Kenal”. Selepas dari pendataan dan absensi dari intruktur aku langsung menghampiri ari dan disebelah tempat duduknya ada sebuah tongkat putih, aku menyapanya menggunakan bahasa asli Lombok dengan nada lembut dan kaku yang artinya “ aku: kamu ari ? -> ari: ea ari ! -> aku: kamu masih mengingatku ? -> ari: masih lah ndar ( panggilan akrabnya sewaktu di SMP ) ”, ari mengambil tongkat dan mencoba berdiri sambil aku bantu membenarkan posisi tongkatnya, “ aku: Kamu kenapa Ri (panggilan akrabku kepadanya sewaktu SMP) -> Ari: nanti aku ceritain di kos, kamu anterin aku ke kost ea kostku disebelah kanan gedung ini -> aku: oh...ea ri dengan senang hati, sepeda ato motormu dimana ? -> Ari: aku tidak punya sepeda dan Gak Bawa Motor kesini ndar ” lara hati mendengar sahabatku yang selama kurang lebih 3,5 tahun tidak pernah bertemu karna pindah sekolah ke solo untuk ikut ayahnya yang ditugaskan mengajar disalah satu sekolah. Sesampainya di kost ari langsung bercerita mengenai kenapa ari bisa seperti sekarang. “ Aku: Ri...kakimu kenapa (Bergelinang Air Mata) -> Ari: maaf ndar aku gak pernah memberikan kabar kepadamu semenjak aku pindah ke solo, begini ndar, kemarin ketika aku pulang Program ESQ (Program Terakhir sesudah masuk PTN) aku dapet musibah, mobil angkot yang aku pake pulang mudik kesolo tabrakan dengan truk dan terperosok ke jurang ak dan para penumpang lain terpental sampai masuk ke jurang, dibawah jurang aku sempat mengingat ibu dan bapakku yang sedang menungguku pulang aku berjanji aku harus pulang dengan selamat dan seketika itupula suara orang berdatangan untuk menolog kami dan dengan tubuh penuh luka aku meminta tolong kepada orang-orang akan tetapi proses efakuasi sangatlah lama dikarenakan banyak penumpang yang terjepit akibat body mobil dan salah satunya kaki saya yang terjepit, dari situ aku dan semua penumpang dilarikan kerumah sakit terdekat untuk menerima penanganan dan selang beberapa jam setelah kejadian ibu dan bapak datang menghampiriku seakan tak percaya kalau anaknya yang menjadi korban. Suara jeritan tangis terdengar setela ibu melihatku diranjang rumah sakit, setelah itu dokter mendatangi kami dan memberikan hasil dari pemeriksaan, dokter memberikan pernyataan bahwa kaki saya akan cacat permanen seketika itu pula ibu langsung pingsan dan dalam hati saya berkata “Ya Allah jika memang ini yang terbaik maka tabahkanlah aku dan keluargaku”, sesiumannya ibu dari pingsan ibu berkata “Ibu Ari: yang sabar ea (menangis) --> Ari: ea buk aku ikhlas bu, ini adalah takdir yang sudah diberikan tuhan kepadaku” seketika itu ibu mengis sambil memelukku dan berkata aku sayang kamu nak, tetaplah tegar walaupun takdir berkata lain -> aku: sabar ea ri (memeluk ari sambil menangis)”.
DSC_1945 Mendengar cerita SahabatDifabel membuatku yakin bahwa tuhan mengirim aku ke jogja untuk mempertemukanku dengan kepingan Uang Logam yang dulu pernah menyatu. Dan ketika itu aku berjanji bahwa aku akan menjadi kepingan logam untuk ari sehingga uang logam 500 rupiah semasa SMP dulu akan berharga kembali. Dua tahun sudah aku bersama Ari di jogja banyak sekali petikan hikmah dari lalu-lalang yang kita hadapi bersama, dibangku kuliah dan diluar kuliah, ari merupakan sosok yang tegar petikan inspirasi dan semangat selalu aku dapatkan darinya Terimakasih kawan kita untuk selamanya.

Persahabatan Uang Logam 500 Rupiah

1 comment: